BUDAYA SUNDA
BUDAYA SUNDA
Puteri Saleha
Rahmatillah
Universitas Gunadarma
Ahmad Nasher S.IKom, MM
Budaya
Sunda adalah budaya yang tumbuh
dan hidup dalam masyarakat
Sunda. Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjunjung tinggi sopan
santun. Pada umumnya karakter masyarakat Sunda adalah periang, ramah-tamah (soméah,
seperti dalam falsafah someah hade ka semah), murah senyum,
lemah-lembut, dan sangat menghormati orang tua. Itulah
cermin budaya masyarakat Sunda.
A.
Etos Budaya
Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan tertua di Nusantara. Kebudayaan
Sunda yang ideal kemudian sering kali dikaitkan sebagai kebudayaan masa Kerajaan Sunda. Ada
beberapa ajaran dalam budaya Sunda tentang jalan menuju keutamaan hidup. Etos
dan watak Sunda itu adalah cageur, bageur, singer dan pinter, yang dapat
diartikan sehat, baik, mawas, dan cerdas. Kebudayaan Sunda juga merupakan salah
satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam
perkembangannya perlu dilestarikan. Sistem kepercayaan spiritual tradisional
Sunda adalah Sunda Wiwitan yang mengajarkan keselarasan hidup dengan alam. Kini,
hampir sebagian besar masyarakat Sunda beragama Islam, namun ada beberapa yang tidak
beragama Islam, walaupun berbeda namun pada dasarnya seluruh kehidupan
ditujukan untuk kebaikan di alam semesta.
B.
Nilai-nilai budaya
Kebudayaan Sunda memiliki ciri khas tertentu yang membedakannya dari
kebudayaan–kebudayaan lain. Secara umum masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda,
dikenal sebagai masyarakat yang lembut, religius, dan sangat spiritual.
Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pameo silih asih, silih asah dan
silih asuh; saling mengasihi (mengutamakan sifat welas asih), saling
menyempurnakan atau memperbaiki diri (melalui pendidikan dan berbagi ilmu), dan
saling melindungi (saling menjaga keselamatan). Selain itu Sunda juga memiliki
sejumlah nilai-nilai lain seperti kesopanan, rendah hati terhadap sesama,
hormat kepada yang lebih tua, dan menyayangi kepada yang lebih kecil. Pada
kebudayaan Sunda keseimbangan magis dipertahankan dengan cara melakukan
upacara-upacara adat sedangkan keseimbangan sosial masyarakat Sunda melakukan
gotong-royong untuk mempertahankannya.
C. Kesenian
Samba Sunda adalah grup musik etnik Sunda yang
populer di Eropa. Budaya Sunda memiliki banyak kesenian, diantaranya adalah
kesenian sisingaan, tarian khas Sunda, wayang golek, permainan anak-anak, dan
alat musik serta kesenian musik tradisional Sunda yang bisanya dimainkan pada
pagelaran kesenian.
Sisingaan adalah
kesenian khas Sunda yang menampilkan 2–4 boneka singa yang diusung oleh para
pemainnya sambil menari. Sisingaan sering digunakan dalam acara tertentu,
seperti pada acara khitanan. Wayang golek adalah
boneka kayu yang dimainkan berdasarkan karakter tertentu dalam suatu cerita
pewayangan. Wayang dimainkan oleh seorang dalang yang menguasai berbagai
karakter maupun suara tokoh yang di mainkan. Jaipongan adalah
pengembangan dan akar dari tarian klasik. Tarian Ketuk Tilu, sesuai
dengan namanya Tarian ketuk tilu berasal dari nama sebuah instrumen atau alat
musik tradisional yang disebut ketuk sejumlah 3 buah.
Alat musik khas sunda yaitu, angklung, rampak kendang, suling, kacapi, goong, calung. Angklung adalah
instrumen musik yang terbuat dari bambu yang unik enak didengar. Angklung juga
sudah menjadi salah satu warisan kebudayaan Indonesia. Rampak kendang adalah
beberapa kendang (instrumen musik tradisional Sunda) yang dimainkan bersama
secara serentak. Seni Reak (kuda lumping) adalah sebuah pertunjukan yang terdiri dari empat alat
musik ritmis yang berbentuk seperti drum yang terbuat dari kayu dan alas yang
di pukul terbuat dari kulit sapi, yang di sebut dog-dog yang ukurannya
beragam yaitu Tilingtit (ukuran kecil), Tung (lebih besar dari
Tilingtit), Brung (lebih besar dari Tung), Badoblag (lebih besar
dari Brung). Ditambah oleh 1 alat musik ritmis bernama bedug yang
dipikul dua orang dan ditambah lagi oleh satu alat musik melodis berupa Tarompet
yang terbuat dari kayu yang melantunkan musik sunda sampai dangdut yang
terkadang di temani seorang sinden. Seni reak ini menampilkan atraksi
transendensi dunia metafisika ke dalam dunia profan yang disebut (kaul
atau jadi, hari jadi) dan atraksi dari Bangbarogan. Bangbarongan
adalah sebuah kostum yang digunakan oleh orang yang sedang kaul, terbuat
dari kayu yang berbentuk kepala besar bertaring dan berwarna merah ditambah
karung goni untuk menutupi tubuh sang pemakai. Seni ini terdapat di daerah
Bandung Timur dari kecamatan Ujung Berung, Cibiru sampai
dengan Kabupaten Sumedang. Dalam percakapan sehari-hari, etnis Sunda banyak
menggunakan bahasa Sunda. Namun kini telah banyak masyarakat Sunda terutama
yang tinggal di perkotaan tidak lagi menggunakan bahasa Sunda dalam bertutur
kata. Seperti yang terjadi di pusat-pusat keramaian kota Bandung, Bogor, dan Tangerang, dimana
banyak masyarakat yang tidak lagi menggunakan bahasa Sunda.
Ada beberapa dialek dalam bahasa
Sunda, para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek berbeda. Dialek-dialek
ini adalah:
- Dialek Barat (Bahasa Sunda Banten)
- Dialek Utara
- Dialek Selatan (Priangan)
- Dialek Tengah Timur
- Dialek Timur Laut (Bahasa Sunda Cirebon)
- Dialek Tenggara
Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten dan Lampung. Dialek Utara
mencakup daerah Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa daerah Pantura.
Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan
sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di Kabupaten
Majalengka dan Indramayu. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Cirebon
dan Kuningan, juga di beberapa kecamatan di Kabupaten Brebes dan Tegal, Jawa
Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis, juga di
beberapa kecamatan di Kabupaten Cilacap dan Banyumas, Jawa Tengah.
Seni tari utama dalam Suku Sunda adalah tari
jaipongan, tari merak, dan tari topeng. Tanah
Sunda (Pasundan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik, Jaipongan adalah
salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau Tari
Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena merupakan
modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.
Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu degung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik
seperti gendang, go'ong atau gong, saron, kacapi, suling,
angklung. dsb. Degung bisa diibaratkan 'Orkestra' dalam musik Eropa/Amerika.
Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat
musik kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini
biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian
yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan
atau pesta pernikahan.
D.
Wayang Golek
Tanah Pasundan terkenal dengan kesenian Wayang Golek-nya. Wayang Golek
adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh
seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang
memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya
Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung lengkap dengan
Sindennya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta
pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam
hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul
04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan
kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Cerita wayang yang populer saat ini
banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang
Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India.
Dalam Wayang Golek, ada ‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu
kelompok yang dinamakan Purnakawan, seperti Cepot, Dawala, dan Gareng.
Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan
peran lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang
Dalang yang pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat
menarik.
E.
Seni musik
Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam
memainkan degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda
dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan
sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan sinden
karena nada dan ritmenya cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari. Di bawah ini
merupakan beberapa lagu dari daerah Sunda:
- Bubuy Bulan
- Es Lilin
- Manuk Dadali
- Tokecang
- Mojang Priangan
Selain itu, ada alat musik khas
Sunda di antaranya adalah:
- Angklung
- Calung
- Degung
- Kacapi
- Karinding
- Suling
F.
Rumah Adat
Secara tradisional rumah orang Sunda berbentuk panggung dengan ketinggian
0,5 m - 0,8 m atau 1 meter di atas permukaan tanah. Pada rumah-rumah yang sudah
tua usianya, tinggi kolong ada yang mencapai 1,8 meter. Kolong ini sendiri
umumnya digunakan untuk tempat mengikat binatang-binatang peliharaan seperti
sapi, kuda, atau untuk menyimpan alat-alat pertanian seperti cangkul, bajak,
garu dan sebagainya. Untuk naik ke rumah disediakan tangga yang disebut Golodog
yang terbuat dari kayu atau bambu, yang biasanya terdiri tidak lebih dari tiga
anak tangga. Golodog berfungsi juga untuk membersihkan kaki sebelum naik ke
dalam rumah.
Rumah adat Sunda sebenarnya memiliki nama yang berbeda-beda bergantung pada
bentuk atap dan pintu rumahnya. Secara tradisional ada atap yang bernama
suhunan Jolopong, Tagong Anjing, Badak Heuay, Perahu Kemureb, Jubleg Nangkub,
Capit Gunting, dan Buka Pongpok. Dari kesemuanya itu, Jolopong adalah bentuk
yang paling sederhana dan banyak dijumpai di daerah-daerah cagar budaya atau di
desa-desa.
Jolopong memiliki dua bidang atap yang dipisahkan oleh jalur suhunan di
tengah bangunan rumah. Batang suhunan sama panjangnya dan sejajar dengan kedua
sisi bawah bidang atap yang sebelah menyebelah, sedangkan lainnya lebih pendek
dibanding dengan suhunan dan memotong tegak lurus di kedua ujung suhunan itu.
Interior
yang dimiliki Jolopong pun sangat efisien. Ruang Jolopong terdiri atas ruang
depan yang disebut emper atau tepas; ruangan tengah disebut tengah imah atau
patengahan; ruangan samping disebut pangkeng (kamar); dan ruangan belakang yang
terdiri atas dapur yang disebut pawon dan tempat menyimpan beras yang disebut
padaringan. Ruangan yang disebut emper berfungsi untuk menerima tamu. Dulu,
ruangan ini dibiarkan kosong tanpa perkakas atau perabot rumah tangga seperti
meja, kursi, ataupun bale-bale tempat duduk. Jika tamu datang barulah yang
empunya rumah menggelarkan tikar untuk duduk tamu. Seiring waktu, kini sudah
disediakan meja dan kursi bahkan peralatan lainnya. Ruang balandongan berfungsi
untuk menambah kesejukan bagi penghuni rumah. Untuk ruang tidur, digunakan
Pangkeng. Ruangan sejenis pangkeng ialah jobong atau gudang yang digunakan
untuk menyimpan barang atau alat-alat rumah tangga. Ruangan tengah digunakan
sebagai tempat berkumpulnya keluarga dan sering digunakan untuk melaksanakan
upacara atau selamatan dan ruang belakang (dapur) digunakan untuk memasak.
Ditilik dari segi filosofis, rumah tradisional milik masyarakat Jawa Barat
ini memiliki pemahaman yang sangat mengagumkan. Secara umum, nama suhunan rumah
adat orang Sunda ditujukan untuk menghormati alam sekelilingnya. Hampir di
setiap bangunan rumah adat Sunda sangat jarang ditemukan paku besi maupun alat
bangunan modern lainnya. Untuk penguat antar tiang digunakan paseuk (dari
bambu) atau tali dari ijuk ataupun sabut kelapa, sedangkan bagian atap sebagai
penutup rumah menggunakan ijuk, daun kelapa, atau daun rumia, karena rumah adat
Sunda sangat jarang menggunakan genting. Hal menarik lainnya adalah mengenai
material yang digunakan oleh rumah itu sendiri. Pemakaian material bilik yang
tipis dan lantai panggung dari papan kayu atau palupuh tentu tidak mungkin
dipakai untuk tempat perlindungan di komunitas dengan peradaban barbar. Rumah
untuk komunitas orang Sunda bukan sebagai benteng perlindungan dari musuh
manusia, tetapi semata dari alam berupa hujan, angin, terik matahari dan
binatang.
G. Profesi
Mayoritas
masyarakat Sunda berprofesi sebagai petani dan berladang, ini disebabkan tanah
Sunda yang subur. Sampai abad ke-19, banyak dari masyarakat Sunda yang
berladang secara berpindah-pindah.
Selain
bertani, masyarakat Sunda seringkali memilih untuk menjadi pengusaha dan
pedagang sebagai mata pencariannya, meskipun kebanyakan berupa wirausaha
kecil-kecilan yang sederhana, seperti menjadi penjaja makanan keliling, membuka
warung atau rumah makan,
membuka toko barang kelontong dan kebutuhan sehari-hari, atau membuka usaha cukur
rambut, di daerah perkotaan ada pula yang membuka usaha percetakan, distro,
cafe, rental mobil dan jual beli kendaraan bekas. Warung nasi khas Sunda,
warung mi instan (lazim disebut "warung indomie") dan bubur kacang
hijau, serta warung kopi adalah usaha ekonomi mikro sektor informal yang lazim
dijalani oleh orang Sunda. Profesi pedagang keliling banyak pula dilakoni oleh
masyarakat Sunda, terutama asal Tasikmalaya dan Garut. Chairul
Tanjung dan Eddy
Kusnadi Sariaatmadja merupakan contoh-contoh pengusaha berdarah
Sunda yang berhasil. Chairul Tanjung dan Eddy Kusnadi Sariaatmadja bahkan masuk
ke dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia yang dirilis majalah Forbes pada
tanggal 29 November 2012. Profesi lainnya yang banyak dijalani oleh orang Sunda
adalah sebagai pegawai
negeri sipil, pelaut,
dan seniman; baik sebagai penyanyi ataupun aktor/aktris sinetron.
Jadi,
pada dasarnya budaya sunda itu sangat banyak sekali terlebih budaya sunda itu
budaya tertua di Nusantara. Bukan hanya dari segi keseniannya, dari makanan
khas sunda sampai acara-acara budaya khas sunda yang ditampilkan di
daerah-daerah sunda tertentu. Kemudian yang terkenal dengan nilai-nilai
budayanya seperti silih asah, silih asih, silih asuh, yang berarti budaya sunda
itu sangat ramah tamah kepada orang lain terlebih kepada orang tua, Juga
terkenal dengan sopan santunnya. Kemudian beberapa jenis makanan jajanan
tradisional Indonesia yang berasal dari tanah sunda, seperti sayur asem, sayur
lodeh, pepes, tutug oncom, lalaban, dll.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sunda
https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Sunda
Komentar
Posting Komentar